Kali ini kita akan membahas pengolahan limbah pertanian jagung menjadi pakan ternak. Teknik ini cocok untuk wilayah peternakan yang dengan lahan pertanian jagung. Adapun pakan yang akan dibuat adalah silase jerami jagung.
Pohon jagung berumur 90-100 hari merupakan limbah pertanian yang baik bila diproses untuk pembuatan silase, dalam rangka penyediaan stok hijauan sepanjang tahun. Bahan silase dari pohon jagung dengan kandungan air 60-70 % yang baik untuk proses pengawetan melalui proses fermentasi. Daun jagung sebagai limbah pertanian dapat diberikan pada sapi baik dalam bentuk segar maupun setelah proses pengawetan. Bila daun jagung diberikan dalam bentuk segar dan tidak dicacah, maka hijauan tersebut banyak tersisa dan terbuang. Ini merupakan pekerjaan yang sangat merugikan bila dalam bak makanan banyak hijauan yang tidak dimakan oleh ternak tersebut.
Daun jagung yang akan digunakan dalam pembuatan sialse sebaiknya dicacah dengan panjang 10-50 mm, karena waktu pencacahan akan mengurangi kadar air, sehingga daun jagung akan lebih mudah melakukan pemadatan sehingga O2 (oksigen) akan dikeluarkan dan ukuran sama agar kondisi hijauan lebih padat dan kedap udara. Kelebihan Daun jagung yang dipotong-potong / dicacah bila dalam bentuk segar diberikan langsung kepada ternak akan habis termakan dan di dalam bak makanan tidak ada yang tersisa, terbuang percuma. Lama ternak mengunyah waktunya lebih singkat, jumlah hijaun yang akan dimakan lebih banyak, sementara jumlah hijauan yang tervuang akibat sifat memilih ternak serta haijaun yang terinjak akan berkurang, dan akan lebih efektif serta efisien dalam penggunaan tenaga kerja.
Pembuatan silase dilakukan di dalam silo. Silo dapat terbuat dari kantong plastic untuk bagian dalam dan karung plastic untuk bagian luar. Hal ini untuk menciptakan suasana an-aerob dalam pembuatan silase yang paling sederhana. Bila mempunyai modelyang lebih banyak dapat membuat silo baik dari drum, tembok (semen) maupun silo tanah.
Cara membuat silase
Untuk proses fermentasi diperlukan starter yang dapat merangsang perkembangan bakteri asam laktat, starter (bahan yang merupakan sumber karbohidrat misalnya tetes tebu atau gula pasir) ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang mengandung karbohidrat, selain itu dapat dibantu dengan bahan kimia (asam fomiat) bila kandungan air dari bahan cukup tinggi. Semua bahan yang diperlukan dicampur secara merata. Setelah campuran merata baru dimasukkan ke dalam karung plastic yang dilapisi plastic, sedikit demi sedikit sehingga padat. Padatkan sehingga tidak ada celah untuk udara di dalam kantong plastic,, bila tidak padat akan merusak kualitas silase yang dihasilkan.
Setelah padatdan penuh, tutup dan tekan agar udara di dalam plastic keluar, ikat plastic tersebut secara rapi, rapat dan tidak terdapat udara di dalam ataupun udara yang masuk dan jangan sampai bocor. Ikatan harus kuat dan rapi pada tidap bagian baik waktu mengikat kantong plastic maupun karung plastic. Jangan sampai ada gelembung udara dalam kantong plastic / silo. Hal ini bertujuan agar kondisi di dalam silo tetap adlaam keadaan an aerob.
Dalam kondisi terikat rapi ini dapat disimpan dengan ditumpuk. Waktu menyimpan dan proses fermentasi terjadi selama 3 minggu (21 hari). Setelah melewati umur penyimpanan, ilase dapat disimpan selama 3 sd 6 bulan asalkan jangan ditutup buka. Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapat dibukan untuk diberikan kepada ternak, bila tidak jangan dibuka dan simpan sampai diperlukan.
Cara pemberian silase kepada ternak
Pada waktu pemberian kepada ternak, silase jangan sering dibuka tutup, dalam 1 hari Cuma boleh dibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dan sore dikeluarkan bersama-sama). Sebab kalau sering dibuka tutup, kualitas silase akan cepat rusak.
Ternak yang belum terbaisa makan silase diberikan sedikit demi sedikit, dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa, ternak dapat diberikan silase seluruhnya sesuai dengan kebutuhan pakan ternak, hal ini sangat membantu dalam pekerjaan di kandang dan sangat menghemat waktu.
Kualitas silse yang baik dapat diketahui dari keadaan fisik silase . salah satu standar penilaian kualitas silase yang baik dapat dilihat pada table berikut ini:
Indikator Penilaian
|
Nilai
|
Penjelasan
|
Nilai yang diperoleh
|
Wangi
|
25
|
(1) Wangi seperti buah-buahn dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk dicicipinya
|
25
|
(2) Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi
|
20
|
||
(3) Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung, rasa / wangi baunya semakin kuat atau sama sekali tidak berasa bau
|
10
|
||
(4) Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap
|
0
|
||
Rasa
|
25
|
(1) Apabila dicoba gigit, manis dan terasa asam seperti yoghurt/yakult
|
25
|
(2) Rasanya sedikit asam
|
20
|
||
(3) Tiada ada rasa
|
5
|
||
(4) Rasanya tidak sedap. Tidak ada dorongan untuk mencobanya
|
0
|
||
Warna
|
25
|
(1) Hijau kekuning-kuningan
|
25
|
(2) Coklat agak kehitam-hitaman
|
10
|
||
(3) Hitam, mendekati kompos
|
0
|
||
Sentuhan
|
25
|
(1) Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel di tangan karena baunya wangi tidak dicucipun tidak apa-apa
|
25
|
(2) Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila di tangan dicuci baunya langsung hilang
|
10
|
||
(3) Kandungan airnya banyak, terasa basah (sedikit becek) bau menempel di tangan, harus dicuci sabun supaya baunya hilang.
|
0
|
||
Jumlah
|
100
|
Jumlah nilai= Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh
|
|
Kualitas
|
Jumlah: 80 sd 100 (baik sekali dapat diberikan dalam jumlah banyak); 60 sd 79 (kualitas baik, jangan terlalu banyak); 40 sd 59 (kualitas cukup, jumlah yang diberikan sedikit); 0 sd 39 (kurang baik, tidak dapat dijadikan pakan ternak
|
Referensi:
Tim penyusun. 2008. Pedoman Budidaya Sapi Perah Berbasis Teknologi. Tangerang: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Tangerang
Leave a Reply